Tanpa terasa system kita sudah me-record secara kontinyu pergerakan harga Dinar selama empat tahun ini sehingga up and down-nya sudah cukup kita alami. Meskipun lebih banyak up-nya, pada tulisan ini saya akan menekankan waktu-waktu dimana harga Dinar lagi down
seperti saat ini – untuk mengingatkan kita semua agar tidak menggunakan
fluktuasi harga emas sebagai media spekulasi. Ada setidaknya 4 kali
dalam 4 tahun terakhir ini saya menulis dengan judul “…How Low Can You Go ?”, karena ini kurang lebih mewakili pertanyaan-pertanyaan dari para pembaca ketika harga lagi rendah.
Tulisan pertama di blog lama saya tanggal 15 Agustus 2008
ketika harga Dinar jatuh ke angka Rp 1,123,000,- turun 13.5 % dari
harga tertinggi 5 bulan sebelumnya pada angka Rp 1,299,000,- tanggal 17
Maret 2008. Tulisan kedua tanggal 7 April 2009
ketika harga Dinar berada pada angka Rp 1,436,000, atau turun 12 % dari
angka tertinggi kurang dari dua bulan sebelumnya yang sudah sempat
mencapai Rp 1,640,000,- tanggal 21 Februari 2009.
Tulisan ketiga adalah tanggal 26 September 2011
ketika harga Dinar jatuh ke angka Rp 2,152,233 atau turun 10 % dari
angka tertinggi hanya sepekan sebelumnya pada harga Rp 2,396,735,-.
Tulisan keempat adalah tulisan ini pada saat harga berada pada angka Rp
2,142,000,- atau lebih rendah 11 % dari angka tertinggi 4 bulan sebelumnya pada angka Rp 2,396,734 tanggal 19 September 2011.
Tiga
tulisan sebelumnya (keempat dengan yang ini) memang saya tulis dengan
judul yang sama karena memang nuansa dan waktunya sama, yaitu ketika
pembaca banyak sekali yang menanyakan “apakah masih bisa turun lagi, seberapa rendah, dlsb.” Ini adalah peristiwa yang dalam bahasa Perancis disebut déjà vu atau secara harfiah artinya ‘pernah melihat sebelumnya…’.
Setidaknya
melalui tiga tulisan sebelumnya kita pernah melihat harga emas jatuh
secara significant, tetapi kemudian setelah itu kembali ke trend jangka
panjangnya yaitu naik. Ketika jangka pendek harga emas bisa turun sampai
belasan persen hanya dalam beberapa bulan saja, rata-rata kenaikannya
masih berada di sekitar angka 25% per tahun dalam 4 tahun terakhir.
Atau secara kumulatif harga Dinar telah naik sekitar 142 % sejak system
kami mencatat harganya secara kontinyu seperti yang tertuang dalam
grafik diatas.
Banyak
pelajaran sebenarnya dari grafik tersebut diatas, tetapi intinya jangan
panik oleh penurunan harga Dinar atau emas jangka pendek. Apakah ini
berarti bahwa rezim harga emas yang lagi rendah sekarang akan kembali
naik seperti dalam tiga peristiwa sebelumnya ? Wa Allahu A’lam, tidak
ada yang bisa menjamin. Tetapi peluang ke arah sana tentu besar –
meskipun bisa jadi dalam waktu dekat turun dahulu sebelum kembali ke trend jangka panjangnya yang naik.
Lantas seberapa besar peluang naiknya dan sampai berapa ? ilustrasi grafik dibawah dapat memberikan gambaran kasarnya.
Dengan peluang di atas 90%, berdasarkan statistik 4 tahun terakhir trend harga Dinar mengikuti persamaan polynomial y (emas)=008x2 - 0.2164x + 279425.
Dengan formula ini harga Dinar empat tahun ke depan akan berada di
kisaran Rp 2,310,000 (2012) ; Rp 2,950,000 (2013) ; Rp 3,740,000 (2014)
dan Rp 4,680,000 (2015). Angka-angka ini sekali lagi menguatkan bahwa
emas atau Dinar bukan ‘mainan’ jangka pendek, bagi Anda yang sudah
mengenal Dinar dalam empat tahun terakhir pasti sudah bisa merasakannya.
Tentu
saja angka-angka ini hanya perkiraan statistik semata, yaitu bisa benar
bila seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas 4 tahun
terakhir akan berulang dalam 4 tahun kedepan. Hasilnya akan berbeda bila
faktor lingkungan yang mempengaruhinya juga berbeda. Wa Allahu A’lam.